Effendi, Gemar Melatih Sejak Kecil        (59 komentar)

26 Januari 2008 - 00:48

Oleh Liman F (Blackhead's Club).

Sejak kecil, effendi sangat menyukai anjing. Anjng pertama yang dia miliki adalah Golden Retriever bernama molly. Pada waktu di SMP, Effendi sangat senang memiliki Molly, karena dia adalah anjing companion yang sangat patuh sekali. Molly memiliki sifat dan temperamen yang sangat sosial dan lembut serta selalu mau bekerja sama dengan manusia.

Selang waktu berjalan, Effendi pun dewasa dan mulai bekerja. Dia mulai menyukai anjing yang dilihat secara fisik, dia amat menyukai anjing-anjing yang berbadan bongsor, kepala, kaki, badan semuanya besar, dan bermuka yang seram. Bagi dia, anjing besar dan seram mukanya akan membuat dia terlihat makin macho, dan bangga.

Oleh karena itu, dia pun mencoba pelihara Herder import umur 4 tahun, cukup agresif bagi seorang permula, tapi setelah 2 bulan telinga herder itu jatuh dan harus dioperasi karena tidak pernah dibersihkan. Diapun menjualnya dan diganti dengan Rottweiler betina. Dia memelihara Rottweiler ini selama 5 bulan, dari umur 2 bulan, tapi anjing ini tetap saja tidak terlalu besar, dia pun kemudian mengembalikan ke breedernya dan mencoba pelihara Bulldog. Anjing yang bagi dia semua besar, tapi tidak tinggi dan seram. Memang betul seram, hingga malam effendi tidak berani ke toilet, karena Bulldog ini bisa mengigau dan membuat suara yang cukup menyeramkan ketika tidur.

Akhirnya dia berhenti memelihara anjing untuk beberapa bulan, hingga suatu ketika, begitu dia mempunyai pacar, diapun mencoba pelihara anjing yang berbulu bagus tapi menyeramkan, dan kelihatannya besar. Maka dia pun adopsi anjing jenis Chow Chow.

Anjing ini mukanya tidak pernah senyum, dan lebih banyak tidur dari pada berjalan. Tapi jangan kaget, dia pelihara anjjing ini dari kecil hingga hampir 2 tahun, namun bila jalan pagi atau sore, anjing ini tidak pernah menggunakan tali. Anjing ini selalu seperti bayangannya. Anjing ini hanya menguasai perintah duduk, tiarap dan ayo JJS (Jalan-jalan sore).

Sejak ada situs AnjingKita.Com, dia banyak melihat Rottweiller, juga pada waktu show, dia seperti melihat teman lamanya yang telah lama dia tinggalkan. Memang kalau Effendi membawa Rottweiler waktu jalan-jalan, dari belakang keduanya sama-sama memiliki badan yang cukup montok.

Dia membeli Rottweiller betina bernama Bea dan diapun mulai coba melatihnya. Namun Bea hanya bisa menguasai perintah duduk dan tiarap. Karena kurangnya informasi melatih, pelatihan berjalan amat tidak menyenangkan.

Awal melatih anjing, selalu pemula berpikir bahwa kalau kita mengajari dia A, maka dia langsung bisa A, padahal adakalanya sebelum ke A, kita harus latih dia dulu C baru kemudian bisa ke A.

Effendi pada waktu itu menyadari bahwa Bea tidak mengerti perintah duduk maupun tiarap. Waktu Fffendi perintah dia duduk, bila Effendi tidak bilang bagus, maka Bea akan coba tiarap. Hal ini yang membuat Effendi sadar bahwa anjing perlu "Clear" atau perlu mengerti detail perintah apa yang diminta, dan interaksi yang tepat yang harus dia berikan.

Waktu berjalan, kami pun sering latihan bersama dan dia akhirnya melatih anaknya Bea yang bernama "BEO". Anjing betina ini adalah anjing pertama yang dia latih dengan benar dan anjing ini cukup berprestasi dikarya guna, meskipun dia seekor Rottweiler, tapi gerakannnya amat cepat. Effendi melatih Beo hingga bisa menangkap ikan di ember dan dia mendemokan hal ini pada waktu acara TRUBUS di Taman Mini. Beo pun meraih cukup banyak prestasi di karya guna, selalu ada di 3 besar.

 

 

Pada waktu dia melatih Rottweiler, dia telah melihat bagaimana anjing yang bloodlinenya working, dia melihat bagaimana seekor anjing Malinois bekerja. Tapi Effendi adalah tipe orang yang tidak gampang menyerah. dia percaya bahwa anjing adalah anjing dan bisa dilatih. Perlu diketahui bahwa pada pelatihan yang lebih tinggi, bahasa sederhananya, anjng yang dilatih programnya lebih tinggi lagi, disinilah akan kelihatan masalah muncul. Anjing kalau kita latih dia sebatas obedience dan bukan untuk kompetisi, tidak ada masalah, tapi begitu makin tinggi obedience yang dilatih, dan program yang lain juga, disini anjing akan mengalami stress, ada kalanya tidak bisa adaptasi dan anjing akan berinteraksi aneh, jadi takut, panik, atau jadi sensitif. effendi menyadari, bila dia mau berkompetisi, maka dia perlu anjing yang cepat, memiliki adaptasi tinggi, dan survival yang tinggi, maka dia akan memiliki kesempatan untuk berkompetisi dan memperoleh nilai yang tinggi.

Awalnya bagi effendi yang terbaik adalah Rottweiler, memang sebelum kita melatih sendiri, kita cenderung memilih anjing yang kita sukai. Anjing yang kita cari pasti yang berpostur besar, sangar, berotot, baik, yang lain jarang kita lihat.

Bagi kita yang penting memiliki anjing yang serba super itu akan membuat orang terkagum.Hal seperti ini tidak bisa dipungkiri, Effendi pun demikian pada awalnya. Begitu lihat bagaimana seekor Malinois dilatih, bagaimana responnya, terus kecepatannya, nervesnya, maka dia juga mulai mencari tahu lebih banyak.

Cara pelatihan kami yang sama, namun terjadi perbedaan yang cukup signifikan pada anjing karena perbedaan trah, membuatnya makin giat melatih. Pada waktu itu, kita beramsumsi, yang penting kita harus pintar melatih. Kalau kita pintar maka hasilnya pasti ok.

Biasanya makin giat kita melatih, makin timbul naluri kita tentang anjing mana yang cocok dengan kita. Karena waktu kita melatih, otomatis kita berusaha bekerja sama dengan binatang berkaki empat dan bertaring yang cara dia berpikir sangat berbeda dengan kita. Otomatis, kita juga akan belajar menggunakan naluri untuk memutuskan sesuatu. Kita boleh saja pintar melatih, tapi kita juga perlu partner yang pintar juga. Bila kita kurang pintar, namun partner kita yang pintar dia bisa memberikan kita arah, atau kita bisa belajar dari partner kita, tapi kalau kita pintar, tapi partner kita memang tidak cocok, karena dia bukan manusia, maka hasil yang ada akan jauh.

Pada waktu saya menitipkan 2 Malinois yang baru tiba dari Belgia ke Effendi, setiap hari dia komplain saya, " Ini anjing kamu salah beli. Ini anjing tidak bisa diam." Terus saya tanya kenapa, dengan muka yang sangat kesal dia tunjukkan jari manisnya yang pas waktu dia bawa jalan Dancer, ketarik hingga terkilir jari manisnya. Jari manisnya agak bengkok.

Hampir 2 bulan 2 ekor Malinois bernama Dancer dan Dolly saya dititipkan disana, membuat effendi cukup berubah. Dia ketemu saya dan bilang, wah Dolly pintar ya, bisa keluar dari kandang ( 1.4 meter dengan lompat ) minum dan main, begitu saya pulang, Dolly lompat masuk kembali.

Dancer juga hebat, kalau ada orang yang mencurigakan, dia berubah total dan sangat protektif. Saat itulah dia mulai menyadari, bahwa anjing Malinois tidak bongsor, tidak terlalu berotot, tidak ada yang serba besar, tapi nervesnya, keinginan kerja, dan cara dia menerima, cukup membuat effendi jatuh hati. Keunggulan malinois atau anjing yang berdarah kerja sejati, selalu gampang beradaptasi dan memiliki survival yang tinggi.

Setelah waktu berjalan, dan dia telah mengerti banyak baik itu tentang anjing, cara melatih, dan dia pun, ingin memiliki anjing yang memang dilahirkan untuk bekerja, bertahan hidup, cepat adaptasi, dan memang pada waktu itu dan sekarang, yang ada di Indonesia adalah Malinois yang masih memiliki bloodline working.

Dia kemudian memutuskan untuk membeli anak Dancer x Dolly, yakni Duke. Anaknya dari Malinois yang awalnya paling banyak dikomplain.Dia ingin lebih baik lagi, dia dapat melatih dengan baik, hanya dia butuh partnernya yang lebih respon lagi. Dia telah belajar cukup banyak tentang dancer dan dolly yang tidak pernah diam.

Dia melatih dan mendalami Duke pada usia yang dini telah menunjukkan beberapa hal yang luar biasa. Contoh umur 4 bulan sudah bisa retrieve, basic biting, agresifnya, dan hunting drivenya yang tinggi. Dari duke, pengetahuan tentang baik pelatihan maupun tentang Malinois meningkat drastis, apalagi duke dibawa ke program Belgian Ring. Duke sekarang ini sedang dipersiapkan untuk perolehan gelar Anjing Karya Guna (AKG). effendi puas dengan Malinois, dan sekarang bila anda bertanya pada beliau, maka dia akan memberikan anda jawaban yang sangat beda dengan pertama sekali dia mulai melatih anjing.

Dia sekarang telah memiliki Dog Training Club, " Ocean K9 Training", dia melatih para pemilik anjing yang ingin berkompetisi di karya guna, atau orang show yang ingin ikut INA.CH dimana harus lulus anjing sahabat atau BH, dan dia sekarang memiliki 7 member,dan semua belajar dengan benar dan mereka adalah tim yang sangat solid.

Saya yakin, prestasi yang Effendi miliki dan pemahaman tentang anjing dan sifatnya, akan membawa dia berkompetisi di kelas atas, bersama dengan tim dan teman-temannya. Effendi dengan teman-teman sehobi, member club akan merupakan pemain-pemain dogsport yang berprestasi. Mereka pada tahun-tahun mendatang akan merupakan pemain-pemain dogsport indonesia yang siap bela negaranya bila waktunya tiba.

Terus berlatih, dan terus kerja sama dan saling berbagi informasi dengan teman sehobi, prestasi yang akan anda ukir akan semakin tinggi, bersama-sama kita semua akan mengembangkan dogsport di Indonesia.

Bookmark Kirim ke teman Versi cetak Komentar
Penilaian Saya:  
Komentar Saya:

Artikel Sebelumnya:

Don-King Von Sola Gracia

Artikel Selanjutnya:

Obelix Von Da Vinci

 Suara Kita Terkini

OPEN ADOPT FREEOPEN ADOPT FREE
Juan Carlos Jhoputra - 07 Juli 2025 - 16:28

Free Open AdoptFree Open Adopt
Wilson - 04 Juli 2025 - 12:31

Dicari Kennel Boy / Girl Di Bandung
Devina - 29 Juni 2025 - 19:16

Free Adopt Maltese Area BaliFree Adopt Maltese Area Bali
Latte - 27 Juni 2025 - 10:33

Dibutuhkan Adopter PenyayangDibutuhkan Adopter Penyayang
Nathan - 23 Juni 2025 - 20:38

Hibah Anjing KampungHibah Anjing Kampung
Doni - 20 Juni 2025 - 15:12

Dibutuhkan AdopterDibutuhkan Adopter
Nathan - 16 Juni 2025 - 14:28

LOWONGAN PEKERJAAN: KENNEL BOY (BANDUNG & SEKITARNYA)
Aimee - 09 Juni 2025 - 21:47

Cari Pekerjaan Dog Handle/supirCari Pekerjaan Dog Handle/supir
Arief - 06 Juni 2025 - 19:52

Hibah AnjingHibah Anjing
Paula - 24 Mei 2025 - 10:03

Open AdoptOpen Adopt
Grace - 23 Mei 2025 - 19:15

Open AdoptOpen Adopt
Hagni Hapsari Arieli - 18 Mei 2025 - 13:37